Namun, dia mengakui ada kesulitan untuk mencari sumber literatur yang spesifik dengan karakter bangsa Indonesia secara kredibel.
Dengan demikian, terdapat kendala wawancara dengan teman-teman tuliuntuk tugas akhirnya.
“Seharusnya ada penelitian lebih detail tentang budaya tuli karakter bangsa Indonesia secara nasional, namun penelitian tersebut masih sedikit. Oleh karena itu, upaya maksimal yang bisa dilakukan adalah focused discussion dengan empat narasumber saja, dan sisanya pengutipan dari artikel atau jurnal internasional tentang budaya tuli di dunia,” ujar Salsabilla, dikutip dari laman resmi ITB, Minggu (24/7).
BACA JUGA: Profil Reini Wirahadikusumah, Rektor Wanita Pertama di ITB
Selama kuliah di ITB, dia lebih mengandalkan visual dengan menangkap pembelajaran lewat tulisan-tulisan yang dipresentasikan oleh dosen.
Selain itu, Salsabilla juga mencatat materi kuliah yang telah diberikan oleh rekan-rekan mahasiswa lainnya.
BACA JUGA: 5 Lulusan ITB Paling Populer yang Berhasil menjadi Pejabat
Dalam membaca gerakan bibir, dia hanya bisa membuatnya akurat sekitar 30 persen, sehingga lebih mengandalkan visual dan tulisan.
Kemudian, dia menambahkan bahwa ada metode preferensi komunikasi yang berbeda-beda di antara teman-teman tuli.
BACA JUGA: ITB Luncurkan Sabun Anti Najis, Harganya Murah Banget
Maka dari itu, tidak semua mampu mencerna tulisan dan ada yang lebih nyaman berkomunikasi lewat bahasa isyarat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News