GenPI.co Jabar - Pakar dari Universitas Padjajaran (Unpad), Supian mengungkapkan cara meredam konflik bersenjata Rusia dan Ukraina.
Dosen Program Studi Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Budaya, Unpad tersebut menyebutkan, konflik kedua negara sebenarnya dapat diredam dengan budaya.
Supian menilai, Rusia dan Ukraina ibarat Indonesia dan Malaysia.
Oleh sebab itu, Rusia dan Ukraina memiliki karakter masyarakat dan bahasa yang tidak jauh berbeda.
“Ini sangat disayangkan terjadi konflik kakak-adik. Hal ini bisa diredam dengan budayanya sendiri,” ujarnya di Bandung, Senin (28/2).
Supian mengaku dirinya pernah tinggal selama tujuh tahun di Moskow dan Voronezh, perbatasan Rusia-Ukraina.
Ia menyebutkan, setiap hari banyak warga Ukraina yang sekolah maupun bekerja di Rusia.
Seperti warga di Provinsi Donetsk dan Luhansk, Ukraina yang diakui kedaulatannya oleh Rusia.
Setiap akhir pekan, mereka yang bekerja maupun sekolah di Rusia selalu pulang ke Ukraina.
“Secara kekerabatan masyarakat, sebenarnya tidak ada masalah. Sampai sekarang pun masyarakat Rusia dan Ukraina biasa saja,” tuturnya.
Supian mengatakan, jika konflik Rusia dan Ukraina kemungkinan akan berakhir di meja perundingan.
Hal tersebut karena bukti sejarah mengenai diplomat Uni Soviet mampu menghindari konflik perang nuklir pada 1962.
“Ada satu moto yang dipegang teguh para diplomat Rusia-Ukraina hingga saat ini, yaitu ‘lebih baik 10 tahun berunding daripada satu hari berperang’. Slogan ini jadi kurikulum wajib calon diplomat,” jelasnya. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News