Warga Bogor Bisa Tenang, Pemkot Lakukan Antisipasi Hepatitis Akut

12 Mei 2022 23:00

GenPI.co Jabar - Antisipasi penularan penyakit hepatitis akut misterius dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor.

Wali Kota Bogor Bima Arya mengungkapkan meskipun pada saat ini belum ada laporan, pihaknya akan segera melakukan pengawasan terhadap pasien di rumah sakit.

"Kami belum melihat itu ada kaitannya dengan vaksin (COVID-19). Kami masih melihat data-data di lapangan terlebih dulu," kata Bima di Bogor, Selasa.

BACA JUGA:  Terkait Hepatitis Misterius, Ridwan Kamil Masih Menunggu Arahan

Bima mengungkapkan, pihaknya tengah mempelajari data-data dan pola penularan hepatitis akut pada anak-anak agar bisa dilakukan pencegahan.

"Belum ada indikasi itu (hepatitis akut), tetapi saya minta kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk mempelajari pola di puskesmas maupun di rumah sakit," katanya.

BACA JUGA:  Hepatitis Akut Misterius Mengancam, Ini Langkah Dinkes Jabar

Sementara itu. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno menyebutkan, kemunculan hepatitis akun yang belum diketahui penyebabnya ini sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April.

Dia menyampaikan, sudah ada tiga kasus probable hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya di RSCM Jakarta.

BACA JUGA:  Ridwan Kamil Minta Masyarakat Jangan Panik Dengan Hepatitis Akut

"Sampai saat ini belum ditemukan kasus hepatitis tersebut di Kota Bogor. Dinkes, rumah sakit, dan puskesmas kemarin sudah mendapatkan sosialisasi penyakit tersebut dari Kemenkes dan Dinkes Provinsi," kata Retno.

Dinkes, lanjut Retno, sudah menyiapkan langkah antisipasi serta kewaspadaan dini di Kota Bogor.

Beberapa di antaranya adalah faskes primer dan rumah sakit terkait penegakan diagnosis dan tatalaksana hepatitis akut berat, termasuk alur rujukan.

Lalu disiapkan juga laboratorium, labkesda dan laboratorium rujukan, sosialisasi, edukasi dan informasi penyakit hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya ke masyarakat melalui berbagai kanal media, forum komunikasi dan sebagainya, termasuk upaya promotif dan preventif.

"Gejala penyakit mirip dengan hepatitis akut, tetapi penyebabnya bukan hepatitis A,B,C, D, E. Gejala umumnya adalah demam, mual, muntah, diare, ikterus, nyeri perut (syndrome jaundice) dan penurunan kesadaran," ujar Kadinkes.

Selain itu, dia memastikan penyakit sedang dalam pemeriksaan penunjang laboratorium yang menunjukkan peningkatan SGPT SGOT > 500 atau di atas 500.

"Diduga penyebabnya adalah Adenovirus, dan penularan secara orofecal atau melalui mulut dan saluran pencernaan," sebutnya.

Dengan demikian, maka masyarakat diimbau untuk kembali meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menggalakkan GERMAS, termasuk hygiene sanitasi makanan.

Langkah antisipasi lain yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus (surveilans) penyakit, memantau dan melaporkan secara dini penemuan kasus melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), serta berkoordinasi lintas program dan lintas sektoral dengan semua stakeholder. (ant)

Wali Kota Bogor Bima Arya mengungkapkan meskipun pada saat ini belum ada laporan, pihaknya akan segera melakukan pengawasan terhadap pasien di rumah sakit.

"Kami belum melihat itu ada kaitannya dengan vaksin (COVID-19). Kami masih melihat data-data di lapangan terlebih dulu," kata Bima di Bogor, Selasa.

Bima mengungkapkan, pihaknya tengah mempelajari data-data dan pola penularan hepatitis akut pada anak-anak agar bisa dilakukan pencegahan.

"Belum ada indikasi itu (hepatitis akut), tetapi saya minta kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk mempelajari pola di puskesmas maupun di rumah sakit," katanya.

Sementara itu. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno menyebutkan, kemunculan hepatitis akun yang belum diketahui penyebabnya ini sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April.

Dia menyampaikan, sudah ada tiga kasus probable hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya di RSCM Jakarta.

"Sampai saat ini belum ditemukan kasus hepatitis tersebut di Kota Bogor. Dinkes, rumah sakit, dan puskesmas kemarin sudah mendapatkan sosialisasi penyakit tersebut dari Kemenkes dan Dinkes Provinsi," kata Retno.

Dinkes, lanjut Retno, sudah menyiapkan langkah antisipasi serta kewaspadaan dini di Kota Bogor.

Beberapa di antaranya adalah faskes primer dan rumah sakit terkait penegakan diagnosis dan tatalaksana hepatitis akut berat, termasuk alur rujukan.

Lalu disiapkan juga laboratorium, labkesda dan laboratorium rujukan, sosialisasi, edukasi dan informasi penyakit hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya ke masyarakat melalui berbagai kanal media, forum komunikasi dan sebagainya, termasuk upaya promotif dan preventif.

"Gejala penyakit mirip dengan hepatitis akut, tetapi penyebabnya bukan hepatitis A,B,C, D, E. Gejala umumnya adalah demam, mual, muntah, diare, ikterus, nyeri perut (syndrome jaundice) dan penurunan kesadaran," ujar Kadinkes.

Selain itu, dia memastikan penyakit sedang dalam pemeriksaan penunjang laboratorium yang menunjukkan peningkatan SGPT SGOT > 500 atau di atas 500.

"Diduga penyebabnya adalah Adenovirus, dan penularan secara orofecal atau melalui mulut dan saluran pencernaan," sebutnya.

Dengan demikian, maka masyarakat diimbau untuk kembali meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menggalakkan GERMAS, termasuk hygiene sanitasi makanan.

Langkah antisipasi lain yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus (surveilans) penyakit, memantau dan melaporkan secara dini penemuan kasus melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), serta berkoordinasi lintas program dan lintas sektoral dengan semua stakeholder. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ferdyan Adhy Nugraha

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JABAR