6 Mahasiswa ITB Bikin Bangga Indonesia Lagi, Ini Prestasi yang Diraih

10 Agustus 2022 21:00

GenPI.co Jabar - Prestasi membanggakan diraih oleh enam mahasiswa ITB yang berhasil memenangkan kompetisi engineering design dari ASHRAE Setty Family Foundation Applied Engineering Challenge.

Terdiri dari lima mahasiswa Teknik Fisika serta satu orang mahasiswa Sains dan Teknologi informasi, tim yang diberi nama Satset Team itu merancang desain sistem refrigerasi dengan konsep adaptif dan efisien.

Adapun keenam mahasiswa tersebut yakni Axel Dawne, Febricetta Zahraketzia Sarwono, I Made Wirarathya Putramas, Joel Fredericko Sumbowo, Farhan Afdhalul Ihsan, dan Kanita Prameswari (10719015).

BACA JUGA:  Sejarah Baru! Prodi Teknologi Nano ITB Lahirkan Lulusan Pertama

Pada kompetisi tahun 2022, tema desain yang digunakan adalah sistem refrigerasi ulra-cold dan sejalan dengan tujuah ASHRAE.

Pandemi covid-19 menjadi latarbelakang tema tersebut diambil karena proses pengiriman vaksin ke seluruh dunia menjadi tantangan tersendiri.

BACA JUGA:  Rumah Dijual Di Jatinangor, Cuman 10 Menit ke ITB dan Unpad

Dari data yang ada, vaksin yang mengalami kerusakan saat pengiriman akibat fluktuasi temperatur mencapai 10 persen.

Dengan demikian, ASHRAE memberikan ruang bagi mahasiswa untuk merancang sebuah desain kontainer 40' yang bisa membuat temperatur stabil di angka -70oC.

BACA JUGA:  Gadis Asal Papua Berusia 20 Tahun Ini Jadi Wisudawan Termuda ITB

Selain itu, ada beberapa variabel lain seperti kelembaban, portabilitas, dan kondisi luar ruangan untuk menjamin lingkungan terbaik untuk vaksin.

“Konsep desainnya adalah merancang reefer yang adaptif dan efisien. Adaptif di sini maksudnya bagaimana reefer bisa dipakai di berbagai belahan dunia dengan cara mendesain sistem refrigerasi yang bisa beroperasi di berbagai jenis lingkungan. Kemudian agar reefer bisa efisien dalam hal konsumsi energi, kami melakukan beberapa intervensi dan modifikasi,” Axel menjelaskan, dikutip dari laman resmi ITB, Rabu (10/8)

Sementara ada tiga aspek modifikasi yakni sistem kontrol, jenis material, dan juga sumber energi

Reefer hasil rancangan Satset Team mencoba untuk memanfaatkan neural network serta menggunakan material yang meminimalisir masuknya panas dari lingkungan ke dalam reefer.

Dalam hal energi, sumber daya listrik dari reefer dipadukan dengan jenis energi terbarukan.

Ide tentang perancangan ini, menurut penuturan mereka merupakan hasil brainstorming antarkelompok keahlian jurusan Teknik Fisika dengan jurusan Sains dan Teknologi Farmasi yang diwakili oleh Kanita.

Satset Team lebih banyak mengandalkan metode ATM (amati-tiru-modifikasi) agar tidak perlu merancang desain dari awal.

“Kami cari referensi tentang pengiriman suhu rendah itu bagaimana, mulai dari sirkulasi udara, material, insulasi, mesin, hingga sumber energi yang digunakan dalam sistem tersebut. Selain dari aspek sistem refrigerasi, perlu dilihat juga karakteristik dan stabilitas vaksinnya untuk merancang desain reefer yang sesuai.” katanya.

Sisten refrigerasi kontainer yang ada saat ini berdasarkan kajian literatur memang belum ada yang bisa menjaga temperatur secara konstan di angka -70oC.

Kebanyakan reefer yang ada di pasaran hanya akan mengatur margin temperatur di suhu kurang dari -70oC untuk kemudian sistem mematikan pendingin secara otomatis.

Mekanisme seperti ini dinilai kurang efektif karena sistem kontrol tidak stabil.

“Saat brainstorming kemarin sambil melihat-lihat contoh kontainer suhu sangat rendah yang sudah ada. Desain yang ada sebenarnya sudah bagus dan bisa dipakai untuk keperluan serupa. Hanya saja untuk desain yang kami ajukan lebih menekankan ke efisiensi energi dari segi sistem kontrol dan power supply,” ujar Febricetta mewakili kawan-kawannya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ferdyan Adhy Nugraha

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JABAR