Kisah Inspiratif Monik yang Melawan Diskriminasi Melalui Medali Emas Angkat Besi

30 Agustus 2022 10:00

GenPI.co Jabar - Peraih medali emas di ASEAN Para Games 2022 di Solo , Shebrioni atau yang akrab disapa Monik menceritakan awal mula jatuh cinta pada dunia angkat besi.

Sejak 2015, atlet asal Bandung ini sudah menaruhkan hati kepada dunia angkat besi sehingga selalu bekerja keras supaya bisa meraih prestasi dalam setiap ajang.

"Tertarik di dunia angkat besi itu karena awalnya ikut suami fitness," ujar Monik dikutip dari laman resmi Pemkot Bandung, Selasa (30/8).

BACA JUGA:  Kebijakan Dispora Kabupaten Bogor Top, Atlet Pasti Happy

Pengenalan tersebut semakin membuat Monik jatuh hati hingga akhirnya memutuskan serius untuk mengikuti program atletik angkat berat.

Monik pun berusaha untuk mengembangkan kemampuannya dengan terus berlatih maksimal pada setiap kesempatan.

BACA JUGA:  Pemkot Bandung Berikan Kadeudeuh untuk Atlet, Jumlahnya Fantastis

"Saya selalu latihan walaupun minimal seminggu cuma tiga kali. Pokoknya dalam seminggu, saya harus latihan, tidak boleh libur," ujar perempuan kelahiran Bandung, 18 Februari 1992 ini.

Beragam prestasi berhasil diraih Monik seperti menyabet medali emas di Pekan Paralimpik Nasonal (Perparnas) 2021.

BACA JUGA:  Bidadari Bandung, Atlet Voli Paling Muda dan Cantik Banget

Selain itu, dia juga sempat memecahkan rekor pada ajang ASEAN Para Games 2017 di Malaysia.

"Waktu itu paling berat angkatannya 95 kg. Lalu saya pecahkan dengan mengangkat 103 kg," ungkapnya.

Terbaru, dia mampu mengemas dua medali emas pada ajang ASEAN Para Games 2022 dan memecahkan rekor atlet Thailand.

"Atlet dari Thailand itu angkat beban 101 kg, saya bisa pecahkan dengan 109 kg," akunya.

Sama seperti kebanyakan atlet, masalah terbesar yang harus dihadapi adalah mengalami cedera.

Monik pun mengaku sempat mengalami cedera hingga akhirnya harus beristirahat selama beberapa waktu.

"Waktu angkat 109 kg, bahu kanan saya cedera. Tapi, alhamdulillah cepat ditangani oleh pelatih," katanya yang kini tinggal di kawasan Pajajaran.

Selain melahap program latihan reguler, dia mencoba untuk menyempatkan diri angkat beban kecil dan push up selama 2-3 jam di GOR Pajajaran.

Bukan hanya berlatih fisik, Monik pun memperhatikan betul makanan yang dikonsumsinya setiap hari.

"Selain latihan, perlu juga perhatikan makanan yang dikonsumsi. Jangan minum es, apalagi dengan kondisi di Kota Bandung yang dingin. Sering bikin tulang kita linu. Harus rajin minum susu, suplemen kalsium, baru kita latihan," paparnya.

Monik mengakui banyak ketidaksempurnaan dalam dirinya, tetapi hal tersebut tidak membuatnya menjadi berhenti mengikuti kata hatinya.

Kini, dia sudah menghilangkan seluruh rasa mindernya dan mencoba untuk tidak memperdulikan kata-kata negatif dari orang.

"Jangan dengarkan yang bilang. Kalian tidak bisa begini dan begitu. Kalau menurut kalian bisa berkembang di situ, latihan saja terus," tuturnya.

"Saya dulu seperti itu, lihat kondisi tangan yang begini mana bisa angkat berat. Tapi saya percaya dan yakin, terus berlatih juga. Intinya ikut saja kata hati sendiri," imbuhnya.

Saat ini, Monik sudah memiliki satu anak yang duduk di bangku kelas 7 SMP.

Meski tidak ingin memaksakan, Monik berharap sang anak bisa mengikuti jejak kariernya.

"Tapi ya anak-anak kan masih susah diarahkan ya. Cuma memang berharap anak juga bisa jadi atlet di cabang olahraga yang dia suka," ungkapnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ferdyan Adhy Nugraha

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JABAR