GenPI.co Jabar - Tim peneliti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia atau UI mengembangkan inovasi berupa alat pemantau tanah longsor jarak jauh yang dapat diakses online atau daring.
Alat tersebut Landslide 2.0, yaitu Landslide Early Warning System (LEWS).
Salah satu anggota tim dari jurusan Geografi FMIPA UI Dr. Parluhutan Manurung mengatakan, alat tersebut dibuat lebih praktis agar bisa digunakan berbagai kalangan masyarakat.
Desain, komponen hingga cara kerja juga dibuat seringkas mungkin agar dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia.
Parluhutan mengeklaim, alat tersebut dapat mendeteksi perubahan jarak dan kemiringan di daerah rawan longsor.
"Sistem peringatan dini ini menggunakan sensor laser distance yang dioperasikan secara terus-menerus dari lokasi pantau melalui transmisi data komunikasi selular atau komunikasi Internet of Things (IoT)," ujarnya, Kamis (12/1).
Timnya melengkapi alat tersebut dengan radio untuk menjangkau daerah terpencil yang tak ada akses telekomunikasi. Pihaknya juga memberikan panel surya kecil berukuran 12 watt peak (WP) sebagai sumber energi ramah lingkungan.
Sensor laser rangefinder yang ada di alat tersebut dapat memantau perubahan jarak atau retakan sebagai indikasi pergerakan tanah. Sensor tersebut berada di satu sisi tiang pantau.
Kerumitan perubahan ini perlu dikonfirmasi dengan pemantauan vertikalitas atau ketegakan tiang pantau. Jika terjadi perubahan jarak yang telah melampui ambang batas, sistem akan memberikan peringatan agar user menghindari daerah rawan longsor.
Nantinya, hasilnya ditransfer ke sistem cloud server yang lantas dapat diakses secara daring dan real time melalui website.
Pihaknya berharap, alat tersebut dapat mengurangi risiko bencana longsor, terutama di permukiman masyarakat berpendapatan rendah.
"Inovasi dan kemandirian teknologi Landslide 2.0 diharapkan dapat diaplikasikan di berbagai lokasi rawan longsor di seluruh Indonesia. Harga yang terjangkau memungkinkan kita untuk membantu masyarakat dan pemangku kebijakan daerah dalam membangun sistem peringatan dini secara mandiri di daerah masing masing," kata Parluhutan.
Harga alat itu disebut sekitar Rp 30-50 juta dan telah diujicobakan di Bogor.
Tim peneliti FMIPA UI terdiri dari Dr. Parluhutan Manurung (Geografi), Dr. Supriyanto (Geosains), dan Iskandar Koto, M.Sc. (Geosains). (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News