Program Petani Milenial Disebut Mengecewakan, PT Agro Jabar Angkat Bicara

04 Februari 2023 15:00

GenPI.co Jabar - Direktur Utama BUMD PT Agro Jabar Nurfais Almubarok angkat bicara mengenai keluhan petani milenial tanaman hias di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Nurfais memastikan akan menyelesaikan tunggakan program tersebut kepada Bank BJB.

Menurutnya, penyelesaian tunggakan tersebut sudah dilakukan, namun memang belum tuntas. "Kami tidak lepas tangan karena tunggakan itu terkait kendala di hilir. Maka kami sebagai offtaker menyelesaikan tunggakan itu secara bertahap," katanya dikutip dari Antara, Jumat (3/2).

BACA JUGA:  Petani Milenial di Bandung Barat Raup Miliaran Rupiah dari Ekspor Tanaman Hias

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, Dadan Hidayat menyebutkan, memang ada masalah hilir yang tidak diduga sebelumnya untuk program petani milenial di Lembang.

Dia menjelaskan, program ini dibikin untuk melahirkan atau meregenarasi petani.

"Pak Gubernur memandang bahwa profesi petani sangat menjanjikan sementara SDM yang ada masih kurang untuk pengembangan ke depan, maka diinisiasi program ini akhir tahun 2021," katanya.

Dadan menyebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan atensi untuk masalah petani milenial tanaman hias tersebut.

BACA JUGA:  Jadi Etalase Produk Agrikultur, Gerai Petani Milenial Jabar Hadir di Ciwalk

Sebelumnya, peserta program Petani Milenial tanaman hias, Rizky Anggara mengaku kecewa dengan program petani milenial yang digagas Pemprov Jabar.

Dia merupakan peserta program Petani Milenial batch pertama untuk tanaman hias. Rizky tercatat sebagai peserta beserta dengan 19 orang lainnya.

BACA JUGA:  Keren! 60 Petani Milenial Siap Berangkat ke Jepang

Cerita bermula saat penandatanganan kerja sama (PKS) dengan pihak perusahaan offtaker pada Juli 2021.

“Dalam launching ini terdapat beberapa agenda salah satunya penandatanganan PKS antara kami peserta dengan PT Agro Jabar. Kami diminta menandatangani perjanjian itu padahal kami belum tahu isinya seperti apa,” ujarnya dikutip dari JPNN, Kamis (2/2).

Penandatanganan pun dilakukan secara simbolis dan baru dilakukan usai dilakukan bedah isi PKS.

Setelah itu, permasalahan mulai muncul. Pengiriman indukan tanaman hias yang dibudi daya mengalami keterlambatan yang lantas berdampak pada molornya masa panen.

Tak hanya itu, jumlahnya juga tidak sesuai dengan harapan. Masing-masing peserta harusnya mendpaatkan 300 indukan, namun hanya separuh yang dikirim dan sisanya dikirim akhir November 2021. "Sudah pengiriman terlambat, indukan tanaman hiasnya juga jelek, ampas,” ucapnya.

Akibatnya, tanaman hias sempat diserang jamur. Namun dengan strategi timnya akhirnya Desember 2021 berhasil panen perdana. "Itu pertama kali panen setelah 5 bulan budidaya, dan hasilnya pun sangat kecil hanya 1.046 tanaman," katanya.

Sisanya masih menunggu pemulihan. Rizky kembali berhasil panen Maret 2022, namun dia menyebut tak mendapat pembayaran keuntungan. “Hasil panen kedua itu meningkat menjadi 5.540 tanaman, per tanaman itu Rp 50.000, dikalikan saja. Tetapi sayang, kami tidak dapat uangnya," katanya.

Puncak kekecewaan Rizky dan teman-temannya terjadi pada Juli 2022. Perusahaan offtaker tidak melanjutkan kontrak yang berakhir 28 Juli 2022. Padahal masih ada 6.000 tanaman hias lagi.

Sementara itu, lain sisi Rizky dan taman-temannya mendapatkan pinjaman dari bank daerah masing-masing mendapatkan dana Rp 50 juta. Pengembaliannya diatur oleh PT Agro Jabar sebagai Avalist.

Serapan produk nanti dilakukan perusahaan offtaker. Akan tetapi, skema tidka berjalan manis.

"Kalau total yang tidak dibayarkan offtaker itu Rp 1,3 miliar. Salah satu PIC CV Minaqu Indonesia berjanji untuk melunasi utangnya di 31 Januari 2023, tetapi sampai hari ini belum melakukan pembayaran," ujarnya. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JABAR