GenPI.co 
Hanya saja, lanjut dia, nantinya akan disesuaikan juga dengan rata-rata volume penumpang di setiap koridor.
Namun dia mengakui, konsep ini sempat menuai pro dan kontra dari beberapa pihak.
Maka dari itu, perlu ada strategi penanganan yang lebih spesifik agar meminimalisasi konflik.
BACA JUGA: 35 SMK Negeri di Jabar Jadi BLUD, Begini Pesan Atalia
"Biasanya ada irisan dengan pihak angkot. Kalau sudah terkena irisan pelayanan BRT, mereka jadi mati karena kualitas layanan BRT tentu ada di atas angkot. Sehingga angkot itu harus berubah, apakah dia di-reroutering atau digabung jadi feedernya BRT," papar Koswara.
Saat ini, kata Koswara, pendapatan angkot memang sedang menurun karena pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Bandung Full Senyum, LRT Bandung Raya Sudah Memasuki Tahap FS
Sehingga dia berharap, dengannya skema BRT ini, maka angkot bisa semakin meningkatkan pelayanan kepada para penggunanya.
"Kalau mereka bisa dilibatkan secara bagus di program ini, mereka pasti akan menerima. Angkot bisa kita imbau untuk ganti jadi bus 3/4 juga. Jika mereka ikut dengan skemanya, para pengusaha angkot bisa menyediakan bus 3/4-nya, nanti akan dibayarkan melalui sistem BTS," ungkapnya,
BACA JUGA: Penimbun Minyak Goreng Pasti Ketar-Ketir, Polda Jabar Lakukan Ini
BRT ini, ujar Koswara, bertujuan untuk membuat masyarakat kembali menggunakan angkutan masal secara masif.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
