Usai dilakukan dialog, Zaenal mengungkapkan, kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk mempertahankan Masjid Cipaganti dengan syarat.
“Kemudian Belanda diisyaratkan boleh dibangun asalkan bangunanya yang representative sesuai dengan kondisi, yakni kokoh dan permanen,” ujarnya.
Untuk membangun masjid yang lebih kokoh dan bagus, masyarakat secara bersama-sama urunan.
BACA JUGA: 10 Ekor Kukang Jawa dilepaskan, Begini Kata BBKSDA Jawa Barat
Sementara soal desain bangunan, C.P.W Schoemaker dipercaya untuk menjadi arsitek Masjid Cipaganti.
Puluhan tahun berlalu, Masjid Cipaganti ternyata masih menyimpan dengan baik keaslian bangunan.
BACA JUGA: Stok Minyak Goreng Curah di Cirebon Berkurang Drastis
Mulai dari empat buah tiang yang penyangga bangunan dalam, hingga lampu gantung dari Balai keramik.
Semua itu masih bisa dilihat di dalam bangunan Masjid Cipaganti,
BACA JUGA: Tanah Longsor di Sukabumi Buat Sawah Terancam Gagal Panen
Masjid Cipaganti, lanjut Zaenal, awalnya memiliki luas hingga 8.000 meter persegi.
Artikel ini sudah tayang di JPNN.com dengan judul: Menelisik Sejarah Masjid Besar Cipaganti Bandung, Hasil Kerja Arsitek Belanda
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News